3 - Kehidupan di Bumi
Nama : Widya Refriatna Handriat
NPM : 16517191
Kelas : 1PA11
Ø Kehidupan di Bumi
Asal Mula
Kehidupan di Bumi
Awal mulanya dunia ini hanya sebatas planet yang kosong dan
lama kelamaan dunia ini penuh dengan makhluk – makhluk yang menempati bumi ini
dan mulailah terjadi kehidupan di dunia ini. Sejarah kehidupan dibumi
dapat diungkap melalui fosil. Fosil telah menjadi bukti yang paling kuat
untuk menjelaskan tentang kejadian makroevolusi. Makroevolusi merupakan
perubahan dalam skala besar diatas tingkatan spesies yang berlangsung
dalam jangka waktu yang sangat lama. Kebanyakan fosil ditemukan tertanam
dalam batuan sediment. Melalui prose alami yang panjang, sediment-sedimen
dapat tersusun secara berlapis-lapis membentuk strata (tingkatan). Setiap
lapisan strata, disebut catatan fosil berguna bagi ilmuwan untuk
menjelaskan sejarah kehidupan dibumi. Studi kasus yang mempelajari catatan
fosil disebut paleontology. Dibawah ini adalah beberapa teori asal
mula kehidupan dibumi.
Bumi kita dahulu terbentuk dalam keadaan hangat dan pijar
yang secara perlahan – lahan bumi mengadakan kondensasi atau lebih dingin
sehingga pada suatu saat terbentuklah kerak atau kulit bumi. Bagian yang
berbentuk cair membentuk samudera atau hidrosfer, sedangkan bagian yang
berbentuk gas disebut atmosfer dan yang berbentuk padat disebut litosfer.
Lapisan bumi yang dihuni oleh berbagai makhluk hidup melangsungkan kehidupannya
disebut biosfer. Dalam kehidupan makhluk hidup tersebut, terbentuk suatu sistem
hubungan antara makhluk hidup dengan materi dan energi yang mengelilinginya.
Teori Asal Mula Kehidupan di Bumi
Teori tentang asal-usul kehidupan
yang pernah disusun oleh para ahli di antaranya:
1.
Kehidupan diciptakan oleh zat
supranatural (ghaib) pada saat istimewa (teori kreasi khas)
2.
Kehidupan muncul dari benda tak
hidup pada berbagai kesempatan (teori generatio spontanea)
3.
Kehidupan tidak berasal-usul
(keadaan mantap)
4.
Kehidupan datang di planet ini dari
mana saja (teori kosmozoan)
5.
Kehidupan muncul berdasar hukum
fisika-kimia (evolusi biokimia)
Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca ini terjadi karena ada perubahan komposisi
atmosfer dimana panas yang diterima dari matahari tidak bisa dipantulkan secara
optimal sehingga panasnya tetap tersimpan di dalam atmosfer kita. Salah satu
yang paling disalahkan adalah jumlah gas karbon dioksida yang terlalu banyak. Istilah
rumah kaca sendiri sebenarnya sudah dikenal sejak tahun 1824. Pertama kali
dikemukakan oleh seorang fisikawan asal Perancis bernama Jean Baptise Joseph
Fourier.
Setidaknya gas rumah kaca yang dianggap paling banyak adalah
berasal dari uap air yang dimana unsur tersebut mencapai atmosfer akibat
penguapan air laut, danau serta sungai. Sedangkan karbondioksida merupakan gas
terbanyak kedua setelah uap air. Untuk gas rumah kaca lain dari proses alami
diantaranya adalah letusan vulkanik dari gunung berapi, pernapasan hewan maupun
manusia yang menghirup oksigen lalu membuang karbondioksida serta dan
pembakaran material organik seperti tumbuhan maupun kegiatan industri. Meskipun
uap air juga turut bertanggungjawab terhadap sebagian besar dari adanya efek
rumah kaca, namun kebanyakan orang menganggap bahwa efek rumah kaca hanya
diakibatkan oleh naiknya konsentrasi gas karbondioksida (CO2) serta gas-gas
lain. Anggapan tersebut memang bisa dianggap tidak salah, namun kurang tepat.
Akibat Efek
Rumah Kaca
Sudah sejak lama para ilmuwan mengkhawatirkan akibat dari
efek rumah kaca karena bisa merusak lingkungan. Salah satu akibatnya yang sudah
terasa adalah dengan meningkatnya suhu permukaan bumi yang akhirnya bisa
mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat ekstrem. Tentunya hal tersebut
dapat mengakibatkan terganggunya hutan serta ekosistem lain di bumi, dan
mengurangi kemampuannya guna menyerap karbon dioksida di atmosfer.
Efek rumah kaca sebenarnya tidak selalu buruk dan justru
sangat dibutuhkan karena jika tidak ada nantinya bisa mengakibatkan bumi
menjadi sangat dingin atau bisa keseluruhan akan tertutupi es. Namun jika
gas-gas yang bisa membuat efek rumah kaca telah berlebihan di atmosfer,
akibatnya akan mengakibatkan pemanasan global.
Cara Mengurangi Efek Rumah Kaca
Ada cara untuk mengurangi gas rumah
kaca, yakni dengan memelihara pepohonan serta menanam pohon lebih banyak
(reboisasi). Pohon dianggap mampu menyerap karbon dioksida lebih cepat dan
dalam jumlah banyak, memecahnya melalui fotosintesis, maupun menyimpan karbon pada
kayunya. Salah satu upaya dunia internasional untuk menanggulangi gas rumah
kaca adalah dengan mengadakan konvensi yang disebut Protokol Kyoto. Protokol
Kyoto memerintahkan negara-negara dunia untuk berkomitmen mengurangi
emisi/pengeluaran karbon dioksida serta lima gas rumah kaca lainnya untuk
menanggulangi dampak efek rumah kaca.
Komentar
Posting Komentar